Minggu, 07 Februari 2010

Makcomblang Cinta ( bagian 3 )

Kuturuti cinta dihatiku dan melalui waktu bersamanya sore itu. Semua prasangkaku terhadapnya persis sama dengan kenyataannya. Dia gadis yang baik, ramah, pengertian.
Dua hari ini kulalui bersamanya. Membiarkan semua keinginan hatiku akan cintanya terpenuhi. Aku tak mau peduli jika ini mungkin hanya sesaat. Yang kutau aku bahagia. Dan dua hari ini pula aku terlupa sesaat pada cinta sahabatku kepada orang yang juga kucintai...

Esoknya di sekolah, saat akubertemu Angga, dia menatapku dengan serius. Dia mendatangiku.
" Aku melihatmu kemarinsore." Katanya masih dengan wajah serius. " Kau kencan dengan gadis itu." Lanjutnya. Aku kaget. Di pikiranku tak menemukan kata-kata untuk menjelaskan. Aku bingung.
" Selamat kawan!" Serunya tiba-tiba sambil menjabat tanganku.
" Akhirnya kau menemukan cinta untuk dirimu.hehehe. Benarkah dugaanku?" kata Angga lagi dengan semangat. Ternyata dia tidak tau siapa gadis yang kukencani. Untunglah. Angga lalu masuk kelas lagi saat bel selesai istirahat berbunyi.
Saat berdiri kulihat Rani berjalan menuju kelasnya. Penampilannya sama seperti biasa. Dengan kacamata besarnya dan rambut dikepang dua. Dia tersenyum penuh arti padaku. Aku membalas senyumannya tapi dengan perasaan bingung.
Kulalui beberapa hari lagi dengannya. Berbagi cerita, berbagi canda tawa. Dan tetap kutulis surat untuknya sebagai Angga.
Lalu saat dia mulai tak membalas surat dari Angga dan semakin tak bereaksi, Angga jadi murung. Dia bersedih dan bercerita padaku.
" Bagaimana ini kawan? mengapa reaksinya berkurang? Haruskah kurelakan lagi cintaku ini?"
Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku resah. Dan lama-kelamaan aku merasa menjadi seorang penghianat. Aku merasa bersalah. Kutepuk-tepuk pundak sahabatku itu. Lalu berkata,
" Tenang saja kawan. Kau tunggu saja hasil kerjaku ya." Aku menyemangatinya sambil tersenyum. Tapi sungguh, aku merasa terdesak.
Malam harinya aku jalan lagi dengan Rani. Aku sudah menimbang-nimbang dan memutuskan memilih persahabatanku.
Kuantarkan dia pulang. Lalu sesampai di depan rumahnya, kupegang kedua tangannya. Kupandangi dia. Betapa sayang aku padanya.
" Aku cinta padamu Rani."
" Aku tau." Balasnya dengan senyum tulus.
" Tapi aku tak sanggup seperti ini." Kataku. Senyumnya hilang. Wajahnya jadi kelihatan serius.
" Apa maksudmu?" Tanyanya.
Aku tak langsung menjawab. Dalam hati seolah-olah aku meyakinkan diriku lagi bahwa yang kulakukan ini memang yang terbaik. Kusodorkan sepucuk surat padanya, Surat asli tulisan dari Angga.
" Kau juga cinta dari sahabatku. Ini sulit bagiku." Keseriusan di wajah Rani berubah. Dia berkata,
" Ooh, ini semua tentang 'profesimu'nyomblangin cinta orang lain. Kau juga punya hak untuk cintamu..." Katanya sambil mendekatkan wajahnya padaku.
Aku buang muka. Perlahan kulepaskan genggaman tanganku dari tangannya.
" Jangan membenciku..." Kataku sambil berbalik perlahan dan melangkah pergi. Kutau dia sedih. MUngkin kecewa. Mungkin jengkel padaku. Tapi saat ini, aku takkan mengubah keputusanku.
Besoknya kulihat Angga begitu gembira. Lebih bersemangat lagi. Dia cerita kalau begitu sampai di sekolah, Rani berbicara langsung dengannya dan menerima ajakan kencannya. Aku mengucapkan selamat.
" Kau memang hebat sobat!!" Serunya.
Aku tersenyum. Dia tertawa-tawa. Aku harus bisa lebih bahagia dari ini karena bisa membuat sahabatku bahagia. Usai jam sekolah aku beralasan saja pada Angga kalau aku ada urusan penting ke rumah pamanku. Entahlah, aku hanya merasa diriku sedikit aneh ditengah kebahagiaan Angga yang meledak-ledak.
Tapi aku memang jadinya ke rumah pamanku. Mencoba cari suasana baru. pulang-pulang sudah malam. Belum juga ganti baju, sudah ada yang mengetuk pintu. Ibu menyuruhku membukanya. Aku membuka pintu. Kulihat Rani berdiri menatapku. Air mata terurai dipipinya. Dia langsung memelukku. Dan disinilah aku sekarang. Sejak dua minggu awal kisah cinta ini......


Bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar untuk posting yang ada dan terima kasih telah mengunjungi blog ini